Category Archives: Artikel
Tipe Kepribadian Orang Dilihat Dari Sendal
Sendal Jepit Karet
Sendal Jepit Merk Bagus
Selop
Sendal Hotel
Crocs
Sendal Gunung
Fakta Menarik di Balik Logo Mobil di Dunia
4 Alasan Terkeren Buat Mutusin Pacar
Macam-macam Teman & Kelakuannya dalam Menghibur Kamu yang Putus Cinta
Teman yang Bersimpati & Mau Dengerin Curhat Kamu
Temen yang Malah Jadi Lebih Emosi dari Kamu
Temen yang Menganggap Remeh Masalah Kamu
Temen yang Malah Jadi Emosi Sama Kamu
Temen yang Gak Mau Dengerin Kamu
Menteri Pariwisata nilai Pantai Panjang Bengkulu unik
Bengkulu (ANTARA Bengkulu) – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menyebut kata unik untuk menggambarkan pesona wisata alam Pantai Panjang Kota Bengkulu.
“Pantai Panjang unik. Baru kali ini saya melihat pantai dengan vegetasi cemara yang rapi di pinggir pantai. Ini ciri yang bisa menarik wisatawan,” katanya di Bengkulu, Minggu
Menpakeraf dua hari di Kota Bengkulu dalam pencanangan Gerakan Nasional Indonesia Bersih danFestival Pesisir Bengkulu dipusatkan di Pantai Panjang.
Ia mengatakan pesona pantai sepanjang 7 kilometer dengan hamparan pasir putih sebaiknya ditata semi ekowisata.
Penataan pedagang dan penginapan dengan standar yang sesuai menurutnya harus menjadi perhatian pemerintah daerah.
“Penting ada zonasi, di mana pedagang, lokasi rekreasi dan tempat khusus untuk menggelar even,” tambahnya.
Menparekraf yang menginap di salah satu hotel di pinggir pantai mengatakan yang perlu ditata adalah pedagang kuliner dan cendera mata.
Sementara lokasi pelaksanaan berbagai even menurutnya sudah tersedia di pusat kegiatan olahraga yang menyediakan lapangan untuk panggung terbuka.
“Panggung tertutup juga sudah tersedia. Baru dibangun tahun lalu dan sudah bisa dipergunakan. Ini potensi yang baik untuk menggelar berbagai even regional, nasional bahkan internasional di sini,” kata Mari.
Selain keunikan pesisir pantai tersebut, ia juga mengungkapkan kekaguman terhadap perawatan beberapa peninggalan sejarah Bengkulu.
Keberadaan sejumlah peninggalan bersejarah yang membuktikan Bengkulu pernah menjadi bagian dari pemerintahan Inggris.
“Ditambah lagi sejarah perjuangan bangsa yang ditorehkan Bung Karno di sini hingga sebagai tempat kelahiran Ibu Fatmawati,” tambahnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bengkulu Darrussalam mengatakan kawasan wisata Pantai Panjang memang diproyeksikan sebagai salah satu objek wisata andalan Bengkulu.
“Wisata alam Pantai Panjang dan wisata sejarah menjadi modal pengembangan pariwisata Bengkulu,” katanya.
Untuk menunjang hal tersebut, pemerintah Provinsi Bengkulu terus meningkatkan penghijauan kawasan itu sehingga tetap hijau dan lestari.
Selain itu, penambahan fasilitas yakni panggung tertutup di kawasan tersebut yang memungkinkan untuk menggelar berbagai kegiatan. (rni)
SUMBER : ANTARA NEWS
MORAL KEPEMIMPINAN DALAM PENDEKATAN ILMU TAWASUF
KERANGKA TEORITIS MORAL KEPEMIMPINAN
A. Moral
Moral berasal dari bahasa Latin kata mores, kemudian diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun, dan tidak cabul. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma untuk kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. (Sumaryono, 1995).
Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan, dan kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakukan yang baik. Demoralisasi berarti kerusakan moral. Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.
2. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis, agama, adat yang menguasai pemutaran manusia.
Sumaryono (1995) mengemukakan tiga faktor penentu moralitas perbuatan manusia yaitu : Motivasi,Tujuan akhir, Lingkungan perbuatan
Moralitas adalah kualitas perbuatan manusiawi, sehingga perbuatan itu dinyatakan baik atau buruk, benar atau salah. Moralitas instrinsik menentukan perbuatan itu benar atau salah berdasarkan hakekatnya, terlepas dari pengaruh hukum positif. Artinya penentuan benar atau salah perbuatan tidak tergantung pada perintah atau larangan hukum positif. Misalnya :
1. Gotong royong membersihkan lingkungan tempat tinggal.
2. Jangan menyusahkan orang lain
3. Berikanlah yang terbaik.
Moralitas ekstrinsik menentukan perbuatan itu benar atau salah sesuai dengan sifatnya sebagai perintah atau larangan dalam hukum positif. Misalnya :
1. Larangan menggugurkan kandungan
2. Wajib melaporkan pemufakatan jahat
Moral Dalam perspektif ajaran Islam adalah akhlak, oleh karena pembahasan moral di sini lebih ditekankan pada pengertian akhlak, sebagaimana diungkapkan oleh Al-Gazali
Akhlak adalah keadan batin yang menjadi sumber lahirnya perbuatan yang muncul secara spontan tanpa memperhitungkan untung dan rugi
. Kata “Akhlak” diambil dari bahasa Arab yang biasa diartikan tabi’at, perangai, kebiasaan bahkan agama. (Quraish Syihab, 2002)
. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “ööAkhlak” diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan
Baik atau burukunya akhlak seseorang bermula dari hatinya (qalbu), sebagaimana Sabda Rasulullah SAW.
“Ingatlah bahwa dalam tubuh (manusia) ada segumpal darah yang apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh (nya), dan bila ia buruk maka buruk pula seluruh (perbuatan) tubuh, ingatlah dia itu adalah al-qalbu.
Qalbu yang buruk atau tercela adalah qalbu yang berpenyakit yang awalnya diibaratkan sebuah noda atau titik kecil (rona), penyakit itu datang pada qalbu melalui interaksi sosial kehidupan manusia, akibat lemah atau tidak kontrol dan tidak adanya filter dari manusia yang menggunakan mudghah tersebut, dia akan terus bersemayam pada qalbu. Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam Q.S. al-Muthafifin:14;
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.”
Bila tidak diobati, maka noda hitam (penyakit hati) itu akan terus membesar dan berkembang sampai menutupi seluruh qalbunya menjadi hitam legam, sehingga tidak mampu lagi menerima dan memantulkan cahaya kebenaran (Cahaya Ilahi) sebagaimana ditegaskan dalam Q.S. al-Baqarah:10;
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa penyakit hati yang berupa noda hitam terus membesar sampai total menutupi seuruh permukaannya
Dalam pandangan penulis penyakit hati itu berupa perlawanam terhadap tuntunan ajaran kebenaran yang bersumber dari wahyu Allah secara qoth’I maupun dhany, dalam praktiknya seperti mengambil hak orang lain, menghina orang lain, melakukan ketidak jujuran dalam penilaian kinerja bawahan, melakukan manipulasi data dalam pelaporan keuangan (tidak acountable), dan banyak lagi sampai pada puncaknya penolakan tehadap kebenaran yang biasanya dimuali dari pembiasan kebenaran kecil-kecilan secara bertahap.
Rasulullah SAW membagi hati manusia ke dalam empat kelompok sebagaimana Sabdanya;
“Dari Sahabat ali r.a., Rasulullah SAW bersabda: ‘hati itu ada emapat macam, pertama, hati yang terang bersinar penuh cahaya yaitu hatinya orang yang beriman, kedua, hati yang tertutup yaitu hati orang kafir, ketiga, hati yang terbungkus yaitu hati orang manafik, dan keempat hati yang memiliki dua macam benih keimanan dan kemunafikan, yaitu hatinya kelompok manusia yang mencampurkan adukan kebaikan dan keburukan.”
Kerangka Pikir Tasawuf Dalam Penanaman Moral
Setiap manusia yang lahir kedunia dalam keadaan fitrah atau bersih dalam artian tidak mempunyai noda hitam atau kejahatan, dengan kelengkapan nafsu yang berupa kehendak dan rasa takut dan berani, nikmat dan tidak nikmat serta akal yang berfungsi untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk serta potensi lainnya manusia diturunkan ke muka bumi sebagai khalifah. Atas Rahman dan Rahimnya Allah SWT apa yang disebut baik dan jahat, dosa dan amal shalih diciptakan, dan manusia dengan seluruh potensi serta kelengkapan akaln pemberian Allah disuruh memilih mana yang dapat membuatnya nikmat, sejahtera dan selamat bukan hanya di dunia tetapi juga untuk kehidupan akhirat. Perlu kita sadari bahwa bahwa Allah SWT sebagai khalik tidak butuh terhadap perbuatan makhluk artinya segala pikiran dan tindakan makhluk termasuk manusia tidak menguntungkan dan merugikan Allah, perbuatan manusia hanya menguntungkan dan merugikan mansia sendiri. Dalam proses pemenuhan kebuthan manusiawi itu terjadi gesekan dan benturan atau penyimpangan dari bimbingan kebenaran yang berupa hubungan saling merugikan di antara manusia atau menguntungkan dan menyenagkan menurut nafsu jeleknya tetapi menyimpang dari bim bingan kebenaran.
Misi ajaran tasawuf adalah menuntun manusia untuk mencapai kembali kesucian atau fitrah agar pada saatnya meninggalkan dunia nanti bisa kembali kepada alam asalnya, karena hanya manusia yang fitrah sebagaimana asalnya yang bisa kembali ke tempatnya semula. Dalam tradisi tasawuf ada sebuah konsep keilmuan yang menyelidiki karakter perkembangan jiwa manusia yang disebut al-Maqomat wa al-Ahwal. Maqamat, dalam teori psikologi humanistik Abraham Maslow konsep ini diwujudkan dengan penacapaian aktualisasi diri (self-actualization) dan pengalaman puncak (peak-experience). Maqomat bentuk jamak dari Maqam yang berarti tempat atau kedudukan (stations). Dalam terminologi sufi Maqam adalah kedudukan spiritual, sedangkan Ahwal bentuk jamak dari hal yang berarti keadaan atau situasi kejiwaan (state). Secara teriminologi Ahwal berarti keadaan spiritual yang menguasai hati.
Struktur Maqomat
1. Taubah: Penyesalan diri terhadap segala perilaku jahat yang telah dilakukan di masa lalu (upaya mengosongkan diri dari segala tindakan yg tidak baik dan mengisinya dengan yg baik)
2. Wara: Meninggalkan segala sesuatu yang tidak jelas atau belum jelas hukumnya (syubhat)
3. Zuhud: Kosongnya tangan dari kemilikan dan kosongnya hati dari pencarian (Al-Junaidi). Menurut Syaikh SufyanTsauri “zuhud terhadap dunia adalah membatasi keinginan untuk memperoleh dunia bukannya memakan makanan kasar atau memakai jubah dengan kain kasar
4. Faqr: Pengakuan diri tidak mempunyai apa-apa segala sesuatu milik Allah bahkan dirinyapun milik Allah
5. Shabr: memilih untuk melakukan perintah Agama ketika datang desakan nafsu (Al-Gazali)
6. Tawakkal : Menyerahkan dengan sepenuhnya tidak ada keraguan dan kemasygulan tentang apapun yang menjadi keputusan Allah
7. Ridla: Kondisi kejiwaan yang senantiasa menerima dengan lapang dada atas segala karunia yang diberikan atau bala yang ditimpakan kepadanya
B.2. Struktur Ahwal
1. Muraqabah: Kondisi kejiwaan yang sepenuhnya ada dalam keadaan konsentrasi dan waspada
2. Mahabbah (cinta): mengandung arti keteguhan dan kemantapan, menurut Ibnu al-‘Arabi “bertemunya dua kehendak Tuhan dan kehendak manusia
3. Khauf (takut): Takut terdapa kejadian yang akan datang yaitu datangnya sesuatu yang dibenci dan sinarnya sesuatu yang dicintai.
4. Raja(harapan): keterkaitan hati dengan sesuatu yang diinginkan terjadi pada masa yang akan datang
5. Shauq (rindu): luapan perasaan seorang individu yang mengaharapkan untuk senantiasa bertemu dengan sesuatau yang dicintai.
6. Uns: kondisi kejiwaan di mana seseorang merasakan kedekatan dengan Tuhan, seorang yang ada pada kondisi uns akan merasakan kebahagiaan, kesenangan, kegembiraan serta sukacita yang meluap-luap
7. Tuma’ninah: Keteguhan atau ketentraman hati dari segala hal dapat mempengaruhinya.
8. Musyahadah: kehadiran kehadiran al-haqq dengan tanpa dibayangkan.
9. Yaqin: merupakan perpaduan antara ‘ilm al-yaqin, ‘ain al-yaqin dan haqq al-yaqin, yaitu kepercayaan yang kuat dan tak tergoyahkan tentang kebenaran pengetahuan yang dimiliki.
C. Kepemimpinan
Banyak Definisi mengenai kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, tergantung pada perspektif yang digunakan. Kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan penerapannya pada bidang militer, olahraga, bisnis, pendidikan, industri dan bidang-bidang lainnya. Ordway Tead memberikan rumusan “Leadership is the activity influencing people to cooperate some good which they come to find desirable”. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. ( Wursanto, 2003: 196). Slamet santosa ( 2004: 44 ) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “usaha untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak dalam mencapai tujuan kelompok yang telah disepakati”. Menurut Ngalim Purwanto (1993: 26). “Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui ‘human relations’ dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerja sama dan membanting tulang memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi”. Menurut Goestch dan Davis (1994: 192 ) “kepemimpinan merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab total terhadap uasaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi”.
Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seseorang menjadi pemimpin, atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Ada beberapa teori tentang kepemimpinan. Menurut Adam Ibrahim Indrawijaya (1993: 132-133) “pada dasarnya ada dua teori kepemimpinan, yaitu teori sifat (traits theory) dan teori situasiaonal (situational theory)”, sementara Wursanto ( 2004: 197 ) menyatakan ada enam teori kepemimpinan, yaitu; teori kelebihan, teori sifat, teori keturunan, teori kharismatik, teori bakat, dan teori sosial, sedangkan Miftah Thoha mengelompokannya kedalam; teori sifat, teori kelompok, teori situasional, model kepemimpinan kontijensi, dan teori jalan kecil-tujuan ( path-goal theory).
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai teori-teori kepemimpinan, maka di bawah ini akan diuraikan beberapa teori kepemimpinan sebagaimana diungkapkan oleh ketiga pakar tersebut di atas.
Teori kelebihan, yang beranggapan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin apabila ia memiliki kelebihan dari para pengikutnya. Pada dasarnya kelebihan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin mencakup tiga hal, pertama; kelebihan ratio, ialah kelebihan menggunakan pikiran, kelebihan dalam pengetahuan tentang hakikat tujuan dari organisasi, dan kelebihan dalam memiliki pengetahuan tentang cara-cara menggerakkan organisasi, serta dalam pengambilan keputusan yang cepat dan tepat, Kedua; Kelebihan Rohaniah, berarti seorang pemimpin harus mampu menunjukkan keluhuran budi pekertinya kepada para bawahan. Seorang pemimpin harus mempunyai moral yang tinggi karena pada dasarnya pemimpin merupakan panutan para pengikutnya. Segala tindakan, perbuatan, sikap dan ucapan hendaknya menjadi suri tauladan bagi para pengikutnya, Ketiga, Kelebihan Badaniah; Seorang pemimpin hendaknya memiliki kesehatan badaniah yang lebih dari para pengikutnya sehingga memungkinkannya untuk bertindak dengan cepat. Akan tetapi masalah kelebihan badaniah ini bukan merupakan faktor pokok. (Wursanto, 2003: 197-198).
Teori sifat, Pada dasarnya sama dengan teori kelebihan. Teori ini menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik apabila memiliki sifat-sifat yang lebih daripada yang dipimpin. Di samping memiliki kelebihan pada ratio, rohaniah dan badaniah, seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat yang positif, misalnya; adil, suka melindungi, penuh percaya diri, penuh inisiatif, mempunyai daya tarik, energik, persuasif, komunikatif dan kreatif. (Wursanto, 2003: 198). Menurut Miftah Thoha (2003:32-33) bahwa sesungguhnya tidak ada korelasi sebab akibat antara sifat dan keberhasilan manajer, pendapatnya itu merujuk pada hasil penelitian Keith Davis yang menyimpulkan ada empat sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, yaitu; (1) Kecerdesan ( di atas disebutkan kelebihan ratio). Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun demikian pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya, (2) Kedewasaan dan keleluasaan hubungan sosial, para pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-akltivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai, (3) Motivasi dan dorongan berprestasi, para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka berusaha mendapatkan penghargaan yang instrinsik dibandingkan dari yang ekstrinsik, (4) Sikap-sikap hubungan kemanusiaan, para pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya, dalam istilah penelitian Universitas Ohio pemimpin itu mempunyai perhatian, dan kalau mengikuti istilah penemuan Michigan, pemimpin itu berorientasi pada karyawan bukannya berorientasi pada produksi. Hal serupa juga dinungkapkan oleh Adam Ibrahim Indrawijaya dalam bukunya prilaku organisasi ( 1983: 132-133).
Teori keturunan, yang menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena keturunan atau warisan. Karena orang tuanya seorang pemimpin maka anaknya otomatis akan menjadi pemimpin menggantikan orang tuanya, seolah-olah seseorang menjadi pemimpin karena ditakdirkan. (Wursanto, 2003: 199).
Teori kharismatik, yang menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena mempunyai karisma (pengaruh) yang sangat besar. Karisma itu diperoleh dari Kekuatan Yang Maha Kuasa. Dalam hal ini ada suatu kepercayaan bahwa orang itu adalah pancaran Zat Tunggal, sehingga dianggap mempunyai kekuatan ghaib (spranatural power). Pemimpin yang bertipe karismatik biasanya memiliki daya tarik, kewibawaan dan pengaruh yang sangat besar. (Wursanto, 2003: 199)
. Teori bakat, yang disebut juga teori ekologis, menyatakan bahwa pemimpin itu lahir karena bakatnya. Ia menjadi pemimpin karena mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin. Bakat kepemimpinan itu harus dikembangkan, misalnya dengan memberi kesempatan orang tersebut menduduki suatu jabatan. (Wursanto, 2003: 200).
Teori Sosial, beranggapan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat menjadi pemimpin. Setiap orang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin asal dia diberi kesempatan. Setiap orang dapat dididik menjadi pemimpin karena masalah kepemimpinan dapat dipelajari, baik melalui pendidikan formal maupun melalui pengalaman praktek ( Wursanto, 2003: 200).
Teori Kelompok, beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif di antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya. Teori kelompok ini dasar perkembangannya pada psikologi sosial. (Miftah Thoha, 2003: 34).
Teori Situasional, menyatakan bahwa beberapa variabel-situasional mempunyai pengaruh terhadap peranan kepemimpinan, kecakapan, dan perilakunya termasuk pelaksanaan kerja dan kepuasan para pengikutnya. Beberapa variabel sitasional diindentifikasikan, tetapi tidak semua ditarik oleh situasional ini. (Miftah Thoha, 2003: 36).
Model kepemimpinan kontijensi, yang ditemukan oleh Fiedler sebagai hasil pengujian hipotesa yang telah dirumuskan dari penelitiannya terdahulu. Model ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan dalam hubungannya dengan dimensi-dimensi empiris berikut ini: (1) Hubungan pimpinan-anggota. Variabel ini sebagai hal yang paling menentukan dalam menciptakan situasi yang menyenangkan, (2) Derajat dari struktur tugas. Dimensi ini merupakan urutan kedua dalam menciptakan situasi yang menyenangkan, (3) Posisi kekuasaan pemimimpin yang dicapai lewat otoritas formal. Dimensi ini merupakan urutan ketiga dalam menciptakan situasi yang menyenangkan. (Miftah Thoha, 2003: 37-38).
Teori Jalan Tujuan (Path-Goal Theory) yang mula-mula dikembangkan oleh Geogepoulos dan kawan-kawannya di Universitas Michigan. Pengembangan teori ini selanjutnya dilakukan oleh Martin Evans dan Robert House. Secara pokok teori path-goal dipergunakan untuk menganalisa dan menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan kerja bawahan. Ada Dua faktor situsional yang telah diidentifikasikan, yaitu sifat personal para bawahan, dan tekanan lingkungan dengan tuntutan-tuntutan yang dihadapi oleh para bawahan. Untuk situasi pertama teori path-goal memberikan penilaian bahwa perilaku pemimpin akan bisa diterima oleh bawahan jika para bawahan melihat perilaku tersebut merupakan sumber yang segera bisa memberikan kepuasan, atau sebagai suatu instrumen bagi kepuasan masa depan. Adapun faktor situasional kedua, path-goal, menyatakan bahwa perilaku pemimpin akan bisa menjadi faktor motivasi terhadap para bawahan, jika; (1) Perilaku tersebut dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan bawahan sehingga memungkinkan tercapainya efektivitas dalam pelaksanaan kerja, (2) Perilaku tersebut merupakan komplimen dari lingkungan para bawahan yang berupa memberikan latihan, dukungan, dan penghargaan yang diperlukan untuk mengefektifkan pelaksanaan kerja. (Miftah Thoha, 2003:
Tipe-Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan sering disebut perilaku kepemimpinan atau gaya kepemimpinan (leadership style). Menurut Miftah Toha ( 2003: 49 ) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karenanya usaha menselaraskan persepsi di antara yang akan mempengaruhi dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting. Duncan menyebutkan ada tiga gaya kepemimpinan, yaitu; otokrasi, demokrasi, dan gaya bebas ( the laisser faire ). ( Adam Ibrahim Indrawijaya, 1938: 135 ). Wursanto ( 2003) menambahkan tipe (gaya) paternalistik, militeristik, dan open leadership. Sementara Fandi Tjiptono dan Anastasia Diana ( 2000 ) melengakpinya dengan gaya kepemimpinan partisipatif, berorientasi pada tujuan, dan situasional.
Di bawah ini akan diuraikan tipe-tipe (gaya-gaya) kepemimpinan tersebut di atas dengan maksud memberikan gambaran yang jelas mengenai persamaan dan perbedaannya, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam memahami gaya kepemimpinan disebabkan pengistilahan yang berbeda padahal maksud dan tujuannya sama.
Kepemimpinan Otokrasi
Kepmimpian otokrasi disebut juga kepemimpinan diktator atau direktif. Orang yang menganut pendekatan ini mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan para karyawan yang harus melaksanakannya atau karyawan yang dipengaruhi keputusan tersebut ( Fandi Tjiptono dan Anastasia Diana, 2000: 161). Menurut Wursanto ( 2003: 201) kepemimpinan otokrasi adalah kepemimpinan yang mendasarkan pada suatu kekuasaan atau kekuatan yang melekat pada dirinya. Kepemimpinan otokrasi dapat dilihat dari ciri-cirinya antara lain : (1) mengandalkan kepada kekuatan atau kekuasaan yang melekat pada dirinya, (2) Menganggap dirinya paling berkuasa, (3) Menganggap dirinya paling mengetahui segala persoalan, orang lain dianggap tidak tahu, (4) keputusan-keputusan yang diambil secara sepihak, tidak mengenal kompromi, sehingga ia tidak mau menerima saran dari bawahan, bahkan ia tidak memberi kesempatan kepada bawahan untuk meberikan saran, pendapat atau ide, (5) Keras dalam menghadapi prinsip, (6) Jauh dari bawahan, (7) lebih menyukai bawahan yang bersikap abs (asal bapak senang), (8) perintah-perintah diberikan secara paksa, (9) pengawasan dilakukan secara ketat agar perintah benar-benar dilaksanakan.
Kepemimpinan Demokrasi
Gaya atau tipe kepemimpinan ini dikenal pula dengan istilah kepemimpinan konsultatif atau konsensus. Orang yang menganut pendekatan ini melibatkan para karyawan yang melaksanakan keputusan dalam proses pembuatannya, walaupun yang membuat keputusan akhir adalah pemimpin, setelah menerima masukan dan rekomendasi dari anggotan tim. ( Fandi Tjiptono dan Anastasia Diana, 2000: 161). Menurut Adam Ibrahim Indrawijaya (1983) “Gaya kepemimpinan demokratis pada umumnya berasumsi bahwa pendapat orang banyak lebih baik dari pendapatnya sendiri dan adanya partisipasi akan meninbulkan tanggung jawab bagi pelaksananya”. Asumsi lain bahwa partisipasi memberikan kesempatan kepada para anggota untuk mengembangkan diri mereka.
Kepemimpinan Laisser Faire
Kepemimpinan laissez faire (gaya kepemimpinan yang bebas) adalah gaya kepemimpinan yang lebih banyak menekankan pada keputusan kelompok. Dalam gaya ini, seorang pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok, apa yang baik menurut kelompok itulah yang menjadi keputusan. Pelaksanaannyapun tergantung kepada kemauan kelompok. (Adam Ibrahim Indrawijaya, 1983: 136). Pada umumnya tipe laissez faire dijalankan oleh pemimpin yang tidak mempunyai keahlian teknis. Tipe laissez faire mempunyai ciri-ciri antara lain; (1) Memberikan kebebasan sepenuhnya kepada bawahan untuk melakukan tindakan yang dianggap perlu sesuai dengan bidang tugas masing-masing, (2) Pimpinan tidak ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok, (3) Semua pekerjaan dan tanggungjawab dilimpahkan kepada bawahan, (4) Tidak mampu melakukan koordinasi dan pengawasan yang baik, (5) Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh bawahan, (6) Secara praktis pemimpin tidak menjalankan kepemimpinan, ia hanya merupakan simbol belaka. (Wusanto, 2003). Menurut hemat penulis tipe laissez faire ini bukanlah tipe pemimpin yang sebanarnya, karena ia tidak bisa mempengaruhi dan menggerakkan bawahan, sehingga tujuan organisasi tidak akan tercapai.
Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan partisipatif juga dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas atau nondirective. Pemimpin yang menganut pendekatan ini hanya sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia hanya sedikit menyajikan informasi mengenai suatu permasalahan dan memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk mengembagkan strategi dan pemecahannya, ia hanya mengarahkan tim kearah tercapainya konsensus. ( Fandi Tjiptono dan Anastasia Diana, 2000: 162).
Kepemimpinan Paternalistik
Tipe paternalistik adalah gaya kepemimpinan yang bersifat kebapakan. Pemimpin selalu memberikan perlindungan kepada para bawahan dalam batas-batas kewajaran. Ciri-ciri pemimpin penganut paternalistik antara lain: (1) Pemimpin bertindak sebagai seorang bapak, (2) Memperlakukan bawahan sebagai orang yang belum dewasa, (3) selalu memberikan perlindungan kepada para bawahan yang kadang-kadang berlebihan, (4) Keputusan ada di tangan pemimpin, bukan karena ingin bertindak secara otoriter, tetapi karena keinginan memberikan kemudahan kepada bawahan. Oleh karena itu para bawahan jarang bahkan sama sekali tidak memberikan saran kapada pimpinan, dan Pimpinan jarang bahkan tidak pernah meminta saran dari bawahan, (5) Pimpinan menganggap dirinya yang paling mengetahui segala macam persoalan. (Wursanto, 2003: 202).
Kepemimpinan Berorientasi Pada Tujuan
Gaya kepemimpinan ini juga disebut kepemimpinan berdasarkan hasil atau sasaran. Penganut pendekatan ini meminta bawahan (anggota tim) untuk memusatkan perhatiannya pada tujuan yang ada. Hanya strategi yang dapat menghasilkan kontribusi nyata dan dapat diukur dalam mencapai tujuan organisasilah yang dibahas, faktor lainnya yang tidak berhubungan dengan tujuan organisasi diminimumkan. ( Fandi Tjiptono dan Anastasia Diana, 2000: 162).
Kepemimpinan Militeristik
Kepemimpinan militeristik tidak hanya terdapat di kalangan militer saja, tetapi banyak juga terdapat pada instansi sipil (non-militer). Ciri-ciri kepemimpinan militeristik antara lain; (1) Dalam komunikasi lebih banyak mempergunakan saluran formal, (2) Dalam menggerakkan bawahan dengan sistem komando/perintah, baik secara lisan ataupun tulisan, (3) Segala sesuatu bersifat formal, (4) Disiplin tinggi, kadang-kadang bersifat kaku, (5) Komunikasi berlangsung satu arah, bawahan tidak diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat, (6) Pimpinan menghendaki bawahan patuh terhadap semua perintah yang diberikannya. (Wursanto, 2003 ).
Kepemimpinan Sitasional
Gaya kepemimpinan ini dikenal juga sebagai kepemimpinan tidak tetap (fluid) atau kontingensi. Asumsi yang digunakan dalam gaya ini adalah bahwa tidak ada satu pun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manajer dalam segala kondisi. Oleh karena itu gaya kepemimpinan situasional akan menerapkan suatu gaya tertentu berdasarkan pertimbangan atas faktor-faktor seperti pemimpin, pengikut, dan situasi ( dalam arti struktur tugas, peta kekuasaan, dan dinamika kelompok ). ( Fandi dan Anastasia, 2000: 162-163 ).
Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam
Dalam Islam istilah kepemimpinan dikenal dengan kata Imamah, sedangkan kata yang terkait dengan kepemimpinan dan berkonotasi pemimpin dalam Islam ada tujuh macam, yaitu Khalifah, Malik, Wali, ‘Amir dan Ra’in, Sultan, Rais, dan Ulil ‘amri, (Abdurrahman, 2002) . Menurut Quraish Shihab (2000: 47), imam dan khalifah dua istilah yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk pemimpin. Kata imam diambil dari kata amma-ya’ummu, yang berarti menuju, menumpu, dan meneladani. Kata khalifah berakar dari kata khalafa yang pada mulanya berarti “di belakang”. Kata khalifah sering diartikan “pengganti” karena yang menggatikan selalu berada di belakang, atau datang sesudah yang digantikannya. Selanjutnya ia menyatakan bahwa Al-Qur’an menggunakan kedua istilah ini untuk menggambarkan ciri seorang pemimpin, ketika di depan menjadi panutan, dan ketika di belakang mendorong, sekaligus mengikuti kehendak dan arah yang dituju oleh yang dipimpinnya.
Dasar-Dasar Kepemimpinan Islam
Ada beberapa dasar kepemimpinan dalam Islam yang harus dijadikan landasan dalam berorganisasi, di antarnya ialah;
Tidak mengambil orang kafir atau orang yang tidak beriman sebagai pemimpin bagi orang-orang muslim karena bagaimanapun akan mempengaruhi terhadap kualitas keberagamaan rakyat yang dipimpinnya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an; Surat An-Nisaa: 144;
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mangambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mu’min, apakah kamu ingin menjadikan hal itu sebagai alasan bagi Allah untuk menimpakan siksaan yang nyata”.
Tidak mengangkat pemimpin dari orang-orang yang mempermainkan Agama Islam, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Maidah: 57;
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan orang-orang yang memperolok-olokan dan mempermainkan agama kamu dari kaum yang diberi Kitab sebelum kamu dan orang-orang kafir sebagai pemimpin, dan berbaktilah kepada Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman.”
Pemimpin harus mempunyai keahlian di bidangnya, pemberian tugas atau wewenang kepada yang tidak berkopenten akan mengakibatkan rusaknya pekerjaan bahkan organisasi yang menaunginya. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW.
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya”. ( H. R. Bukhori dan Muslim ).
Pemimpin harus bisa diterima (acceptable), mencintai dan dicintai umatnya, mendoakan dan didoakan oleh umatnya. Sebagaimana Sabda rasulullah SAW. ;
“Sebaik-baiknya pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai kamu, kamu berdoa untuk mereka dan mereka berdoa untuk kamu. Seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang kamu benci dan mereka membenci kamu, kamu melaknati mereka dan mereka melaknati kamu.” ( H.R. Muslim).
Pemimpin harus mengutamakan, membela dan mendahulukan kepentingan umat, menegakkan keadilan, melaksanakan syari’at, berjuang menghilangkan segala bentuk kemunkaran, kekufuran, kekacauan, dan fitnah, sebagaimana Firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, Surat Al-Maidah: 8:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan jangalah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dari hasil penelaahan para pakar yang dirangkum dari Al-Qur’an dan Hadits, dikeketemukan ada empat sifat yang harus dipenuhi oleh para Nabi, yang pada hakekatnya adalah pemimpin ummatnya, yaitu; (1) Al-Shidq, yakni kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap serta berjuang melaksanakan tugasnya. (2) Al-Amanah, atau kepercayaan yang menjadikan dia memelihara sebaik-baiknya apa yang diserahkan kepadanya, baik dari Allah maupun dari orang-orang yang dipimpinnya, sehingga tercipta rasa aman bagi semua pihak. (3) Al-Fathanah, yaitu kecerdasan yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul seketika sekalipun. (4) At-Tabligh, yaitu penyampaian yang jujur dan bertanggung jawab, atau dapat diistilahkan dengan keterbukaan. (Quraish Shihab, 2000: 47-48)
SUMBER : Drs. H. Agus Ruslan, M.MPd
Pendidikan Karakter Untuk Membangun Manusia Indonesia Yang Unggul
Ada sebagian kecil kalangan berpandangan bahwa Pemerintah kurang serius dalam membenahi sektor pendidikan. Sesuatu yangdebatable karena dari berbagai sudut pandang dan dimensi, pemerintah sangat berkomitmen untuk meningkatkan taraf pendidikan. Mulai dari 20% anggaran khusus untuk pendidikan, pembangunan bangunan sekolah-sekolah yang rusak, peningkatan taraf hidup dan kualitas guru dan lain-lain.
Pendidikan adalah elemen penting dalam pembangunan bangsa karena melalui pendidikan, dasar pembangunan karakter manusia dimulai. Yang masih hangat dalam pikiran penulis, yang terlahir di era 70-an, di sekolah dasar kita dibekali pendidikan karakter bangsa seperti PMP dan PSPB sampai akhirnya diberikan bekal lanjutan model Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting untuk membangun dan mempertahankan jati diri bangsa. Sayang, pendidikan karakter di Indonesia perlu diberi perhatian lebih khusus karena selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai. Pendidikan karakter yang dilakukan belum sampai pada tingkatan interalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan di Indonesia saat ini cenderung lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan karakter. Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini semakin ditinggalkan. Sebagian orang mulai tidak memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut berdampak pada perilaku seseorang. Padahal pendidikan diharapkan mampu menghadirkan generasi yang berkarakter kuat, karena manusia sesungguhnya dapat dididik , dan harus sejak dini. Meski manusia memiliki karakter bawaan, tidak berarti karakter itu tak dapat diubah. Perubahan karakter mengandaikan suatu perjuangan yang berat, suatu latihan yang terus-menerus untuk menghidupi nilai-nilai yang baik dan tidak terlepas dari faktor lingkungan sekitar. Era keterbukaan informasi akibat globalisasi mempunyai faktor-faktor negatif antara lain mulai lunturnya nilai-nilai kebangsaan yang dianggap sempit seperti patriotisme dan nasionalisme yangdianggap tidak cocok dengan nilai-nilai globalisasi dan universalisasi.
Kekhawatiran terhadap pembangunan karakter bangsa yang dimulai dari pendidikan usia dini menjadi perhatian khusus dari Presiden SBY. Dalam beberapa kesempatan Sidang Kabinet, Presiden dan Wakil Presiden mendiskusikan hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain masih adanya isu dan tantangan sosial yang seharusnya dapat dipecahkan atas hasil kontribusi sektor pendidikan. Sebagai contoh, meskipun bangsa ini telah memiliki falsafah Pancasila dan ajaran agama, tetapi masih banyak terjadi aksi kekerasan antar komunal atau antar umat beragama.
Presiden dalam kunjungannya ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, saat memberikan arahan dalam Sidang Kabinet Terbatas tanggal 31 Agustus 2012 yang membahas Program Strategis Pemerintah di bidang Pendidikan berharap perlu ada kontribusi yang dapat disumbangkan oleh sektor pendidikan untuk memperkuat toleransi, baik nilai sikap mental dan perilaku bagi bangsa yang majemuk untuk lebih baik lagi. Sikap toleransi harus dibangun, diajarkan, dan diperkuat kepada anak didik hingga tingkat wajib belajar 9 atau 12 tahun, sehingga diharapkan dapat membuahkan sesuatu yang baik. Wajib belajar 9 tahun dapat dikatakan sebagai formative years, yaitu waktu untuk membentuk karakter, nilai, sikap, dan perilaku bagi perjalan kehidupan manusia. Jika pemerintah dapat mengajarkan sikap toleransi dengan metodologi yang tepat, maka hal ini akan melekat lama.
Tidak hanya dalam kesempatan di Sidang Kabinet, dalam beberapa acara antara lain National Summit dan Peringatan Hari Ibu, Presiden SBY menekankan pentingnya nation character building . Kutipan pernyataan Presiden SBY adalah sebagai berikut: “Dalam era globalisasi, demokrasi, dan modernisasi dewasa ini, watak bangsa yang unggul dan mulia adalah menjadi kewajiban kita semua untuk membangun dan mengembangkannya. Character building penting, sama dengan national development yang harus terus menerus dilakukan. Marilah kita berjiwa terang, berpikir positif, dan bersikap optimistis. Dengan sikap seperti itu, seberat apapun persoalan yang dihadapi bangsa kita, insya Allah akan selalu ada jalan, dan kita akan bisa terus meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia”.
Poin dari pernyataan di atas adalah pendidikan karakter mempunyai fungsi strategis bagi kemajuan bangsa, harus ada komitmen untuk menjalankan pendidikan karakter sebagai bagian dari jati diri bangsa. Komitmen yang harus kita jalankan semua, mengacu kepada 5 nilai karakter bangsa untuk menjadi manusia unggul yang disampaikan oleh Presiden SBY yaitu :
- Manusia Indonesia yang bermoral, berakhlak dan berperilaku baik;
- Mencapai masyarakat yang cerdas dan rasional;
- Manusia Indonesia ke depan menjadi manusia yang inovatif dan terus mengejar kemajuan;
- Memperkuat semangat “Harus Bisa”, yang terus mencari solusi dalam setiap kesulitan;
- Manusia Indonesia haruslah menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa,Negara dan tanah airnya.
(Puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional 2011, Jumat 20Mei 2011)
Pendidikan bukan hanya membangun kecerdasan dan transfer of knowledge, tetapi juga harus mampu membangun karakter atau character building dan perilaku. Dengan hakekat pendidikan dan dibangun metodologi yang tepat, maka diharapkan dapat dibangun intellectual curiosity dan membangun common sense. Tidak bisa ditunda lagi, generasi penerus bangsa harus serius untuk dibekali pendidikan karakter agar dapat memenuhi 5 nilai manusia unggul di atas.
SUMBER : Thanon Aria Dewangga
Penemuan Paling Keren 2012
Bukannya latah, tapi penasaran. Apa ya yang sudah ditemukan manusia selama tahun 2012 ini? Maklum, ngga update, dan berita seleb lebih menarik *grin*.
Dari www.wired.com, dapat deh penemuan-penemuan keren selama tahun 2012 ini. Memang sih, bukan benar-benar penemuan yang baru, seperti Alexander Graham Bell menemukan pesawat telepon. Namun penemuan-penemuan itu memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di dunia.
1. Penemuan Higgs Boson
Para ilmuwan di Large Hadron Collider telah melalui lima dekade untuk menemukan Higgs Boson pada bulan Juli. Partikel yang telah lama dicari ini melengkapi elemen-elemen lain, seperti proton dan elektron, dan merupakan bagian terakhir dari Standard Model, yang mendeskripsikan interaksi dari semua partikel dan kekuatannya. Penemuan ini menjadi amat penting bagi bidang fisika dasar.
2. Penasaran akan Mars?
Jutaan orang berusaha menjadi saksi pendaratan NASA’s rover (pengelana) untuk menjelajah Mars pada bulan Agustus. Mereka penasaran dengan informasi tentang batuan, regolith dan atmosfer di Mars. Namun yang terpenting, pesawat ini mengirimkan foto yang sangat banyak, yang memberikan pengetahuan baru. Rover akan melanjutkan misinya selama 2,5 tahun menjelajahi Mount Sharp, mencari senyawa organik, dan memperhatikan bila ada tanda-tanda adanya habitat di Mars, baik pada masa lalu ataupun masa kini.
3. Perkembangan Jenis Genetik yang Unik
Studi genomics tentang penyakit, menghasilkan kenyataan yang tidak mengenakkan, dari semua penyakit yang umum dan ancamannya yang nyata, peneliti hanya dapat menghubungkan sebagian kecil di antaranya dengan gen, sehingga mereka menamakannya teka-teki warisan yang hilang (conundrum the missing heritability). Penemuan lain yang didapatkan adalah variasi genetik yang berbahaya merupakan hal yang benar-benar baru, sehingga belum jelas seperti apa, dan dapat menyebabkan masalah bagi kesehatan manusia.
4. Urutan Genome untuk Janin
Pada bulan Juni, ilmuwan dari Universitas Washington di Seattle mengumumkan kesuksesan mereka mengurutkan gen janin yang lengkap dengan menggunakan sedikit DNA dari darah ibu. Sebelumnya, DNA/RNA bentuknya non-coding. Tidak seperti teknik sebelumnya, cara ini tidak memiliki resiko pada bakal calon bayi. Penemuan ini bisa digunakan untuk keperluan medis, seperti penyakit bawaan, informasi mengenai ciri-ciri kepribadian dan fisik anak.
5. Rekor Teleportasi Quantum Telah Dipecahkan
Dua peneliti dari China dan Austria, memecahkan rekor dunia dengan melakukan teleportasi partikel quantum lebih dari 50 miles melalui udara terbuka. Trik yang digunakan adalah melibatkan dua partikel, seperti photons, sehingga mereka memiliki sifat yang sama. Yang dikembangkan sekarang adalah melakukan teleport partikel ke satelit dan memindahkan mereka ke lokasi manapun di bumi.
6. Kode Baru Kimia
Selama tiga milyar tahun, informasi tentang kehidupan dinyatakan disimpan pada DNA dan RNA. Saat ini muncul yang ketiga, yaitu XNA, sebuah polimer yang disintesiskan oleh ahli biologis Vitor Pinheiro dan Philipp Holliger dari The Medical Research Council di Inggris. Seperti DNA, XNA mampu menyimpan informasi genetika dan kemudian dikembangkan melalui seleksi alam. Tidak seperti DNA, XNA dapat dimanipulasi dengan hati-hati. Rencananya kode ini akan digunakan untuk pengobatan dan keperluan industri.
7. SpaceX Meluncurkan Pesawat ke International Space Station (ISS)
Setelah sukses meluncurkan pesawat luar angkasa Dragon mengelilingi bumi di tahun 2010, SpaceX mengirimkan Dragon ke ISS pada bulan Mei. SpaceX merupakan perusahaan swasta pertama yang melakukan hal itu. CEO SpaceX, Elon Musk, menyatakan berulang kali bahwa dia mengharapkan suatu saat ada koloni manusia di Mars.
8. Kembaran Planet Bumi
Sebuah batu, dengan ukuran seperti bumi, mengorbit pada Alpha Centauri B, bintang yang paling dekat dengan sistem gugus bintang kita. Dilaporkan pada bulan Oktober, planet itu hanya berjarak 4,4 tahun cahaya dari bumi. Para ilmuwan menduga masih ada planet lain yang menyerupai bumi dari tiga bintang Alpha Centauri.
9. Ilmuwan Mencapai Danau Vostok
Setelah satu dekade menggali, ilmuwan Rusia akhirnya berhasil mencapai danau Vostok yang telah 14 juta tahun terkubur di bawah es, pada bulan Februari. Vostok adalah danau yang terbesar di dunia. Ilmuwan Rusia melakukannya dengan memecah permukaan dan menggali es sedalam 2,2 miles.
10. Mengakhiri Penelitian dengan Menggunakan Simpanse yang Merugikan
Selama beberapa dekade, penyelidikan dengan menggunakan simpanse memunculkan pertentangan dalam hati nurani ilmu medis di Amerika Serikat. Saudara terdekat manusia itu memiliki kemampuan berpikir dan berperasaan yang sama seperti manusia, sehingga ribuan simpanse telah ditangkap untuk kepentingan penelitian. Namun tahun 2012 memunculkan tren, lembaga-lembaga penelitian akan berhenti menggunakan simpanse sebagai kelinci percobaan.
Semoga menambah semangat kita di tahun 2013 ya…untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik daripada tahun 2012. SEMANGKAA!! *semangat kakaaaak*
sumber : indri hapsari